Maulid Nabi dalam Pandangan Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki: Sebuah Tradisi Cinta dan Penghormatan yang Bernilai Syariat
Maulid Nabi, perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW, telah menjadi bagian integral dari tradisi keagamaan umat Islam di berbagai penjuru dunia. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, seorang ulama terkemuka, menjelaskan dalam kitabnya adz-Dzakhiratul Muhamadiyah bahwa perayaan ini diperbolehkan dan berpahala bagi yang melaksanakannya. Pandangan ini didasarkan pada berbagai alasan yang menunjukkan bahwa Maulid Nabi adalah bentuk ekspresi cinta, syukur, dan penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW.
Merayakan Maulid Nabi merupakan ungkapan rasa cinta dan bahagia atas kelahiran Nabi Muhammad SAW, manusia terbaik yang menjadi teladan sepanjang masa. Orang-orang yang merayakan kelahiran nabi akan mendapatkan manfaat dan keberkahan, tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi mereka yang bukan Muslim. Kisah Abu Lahab yang mendapat keringanan siksa karena bergembira dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW adalah contoh nyata bagaimana kegembiraan atas kelahiran nabi mendatangkan kebaikan.
Perayaan Maulid Nabi juga menjadi bentuk penghormatan dan pemuliaan umat Islam terhadap nabinya serta ungkapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat terbesar, yakni kehadiran Nabi Muhammad SAW. Rasulullah SAW sendiri memperingati hari kelahirannya dengan berpuasa setiap hari Senin, menunjukkan bahwa perayaan dalam bentuk apa pun yang memiliki niat memuliakan nabi tetaplah sah dan bermakna.
Islam menganjurkan umatnya untuk bergembira atas karunia dan rahmat Allah SWT. Allah berfirman dalam surat Yunus [10]: 58 yang artinya, “Katakanlah (Muhamad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” Dalam konteks ini, Nabi Muhammad SAW adalah rahmat terbesar bagi seluruh alam, sehingga kegembiraan atas kelahirannya sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW juga selalu memperingati peristiwa-peristiwa besar keagamaan, seperti hari Asyura, sebagai bentuk penghargaan terhadap momen-momen bersejarah tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa memperingati peristiwa penting, termasuk kelahiran Nabi Muhammad SAW, adalah bagian dari sunnah yang dilakukan oleh nabi sendiri.
Merayakan Maulid Nabi dapat membangkitkan semangat untuk bershalawat dan mengirimkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang merupakan perintah langsung dari Allah SWT. Setiap sesuatu yang menjadi penyebab ditunaikannya perintah Allah, seperti bershalawat, juga dianjurkan untuk dikerjakan.
Perayaan Maulid Nabi juga berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan pengetahuan tentang mukjizat, sejarah, dan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW. Dengan mengenal nabi lebih dekat, umat Islam diharapkan dapat meneladani akhlak dan perilakunya yang sempurna.
Merayakan Maulid Nabi adalah salah satu cara untuk membalas jasa-jasa beliau dengan menjelaskan sifat-sifat kesempurnaan dan akhlaknya yang mulia. Dalam sejarah, banyak penyair yang memuji nabi melalui qasidah, dan nabi membalasnya dengan kebaikan dan doa. Hal ini menunjukkan bahwa nabi ridha dengan perayaan yang memuliakan dirinya.
Pengetahuan tentang tabiat, karakter, mukjizat, dan kebaikan-kebaikan Nabi Muhammad SAW melalui perayaan Maulid dapat meningkatkan iman dan cinta kepada nabi. Sebagai bagian dari tuntutan syariat, segala sesuatu yang dapat memperkuat keimanan dan cinta kepada nabi sangat dianjurkan.
Mengagungkan dan memuliakan Nabi Muhammad SAW adalah bagian dari syariat. Perayaan Maulid yang melibatkan kegiatan seperti bershalawat, berdzikir, bersedekah, dan memuliakan orang-orang fakir adalah bentuk pengagungan yang utama.
Perayaan Maulid Nabi telah diakui sebagai perbuatan baik oleh para ulama dan umat Islam di seluruh dunia. Hal ini didasarkan pada hadis yang menyatakan bahwa setiap perbuatan yang dianggap baik oleh umat Islam juga baik di sisi Allah SWT.
Maulid Nabi terdiri dari kegiatan yang dianjurkan dalam syariat Islam seperti perkumpulan, dzikir, sedekah, pujian, dan memuliakan nabi. Semua kegiatan ini adalah perbuatan terpuji yang sesuai dengan ajaran Islam.
Sayyid Muhammad menegaskan bahwa tidak semua perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang-orang terdahulu adalah bid’ah yang buruk. Selama perbuatan tersebut tidak bertentangan dengan syariat, maka perbuatan tersebut dapat dinilai berdasarkan nilai-nilai syariat Islam.
Walaupun perayaan Maulid Nabi dalam bentuk seremonial tidak ada pada masa Rasulullah SAW, bentuk perayaan seperti yang kita kenal sekarang adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang selaras dengan dalil-dalil syariat dan kaidah-kaidah umum.
Sebagai catatan penting, Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani mengingatkan bahwa anjuran merayakan Maulid Nabi harus dilakukan tanpa kemungkaran, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan yang dapat menimbulkan fitnah atau kegiatan yang melanggar syariat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kesakralan perayaan Maulid dengan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Sunnatullah. (2023). Maulid Nabi menurut Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani dalam Kitab adz-Dzakhiratul Muhamadiyah. NU Online. https://nu.or.id.
Anda dapat membaca artikel lengkapnya di sumber asli NU Online.
Tinggalkan Komentar