Pengalaman mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Nor Rahman Banjarmasin, Kalimantan Selatan, memberikan banyak pelajaran berharga tentang tantangan dan peluang dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang guru mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits, saya sering kali dihadapkan pada realitas yang kompleks dari para siswa yang berasal dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan kemampuan akademis.
Siswa di MIS Nor Rahman sebagian besar berasal dari keluarga menengah ke bawah. Kondisi ini memberikan warna tersendiri dalam proses pembelajaran karena fasilitas pendukung belajar mereka di rumah terkadang sangat terbatas. Sebagai contoh, saya menemukan bahwa ada siswa yang sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan lancar, sementara ada juga yang belum mampu mengenali huruf-huruf hijaiyah. Perbedaan ini sebagian besar dipengaruhi oleh aktivitas mereka di luar sekolah. Siswa yang sudah bisa membaca Al-Qur’an biasanya mengikuti Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) atau sekolah sore di tempat lain, sementara yang lain tidak memiliki akses ke pendidikan tambahan ini.
Metode yang saya gunakan dalam mengajar sebagian besar adalah ceramah, yaitu menjelaskan materi secara lisan kepada seluruh siswa. Namun, saya menyadari bahwa metode ini terkadang kurang efektif, terutama ketika siswa mulai merasa bosan. Tidak semua siswa mampu bertahan mendengarkan ceramah dalam waktu yang lama. Saya mulai merasa bahwa saya perlu melakukan inovasi untuk meningkatkan minat belajar mereka. Salah satu solusi yang saya coba adalah menggunakan alat bantu berupa speaker audio. Metode ini cukup berhasil dalam menarik perhatian siswa, terutama bagi mereka yang cenderung hiperaktif. Saya menyadari bahwa siswa yang terlalu aktif dapat diarahkan dengan cara ini karena penggunaan media audio-visual membuat mereka lebih fokus dan tenang.
Selain speaker, saya juga pernah menggunakan proyektor dan laptop dalam mengajar. Penggunaan proyektor memberikan dampak yang cukup signifikan dalam menarik minat siswa karena materi yang disampaikan menjadi lebih menarik dengan visualisasi yang jelas. Saya yakin bahwa metode yang variatif dan penggunaan media pembelajaran yang lebih interaktif dapat membuat siswa lebih terlibat dalam proses belajar.
Namun, tantangan terbesar yang saya hadapi adalah bagaimana mengelola keberagaman kemampuan siswa dalam satu kelas. Ada siswa yang sangat cepat menangkap pelajaran, tetapi ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama. Untuk mengatasi hal ini, saya berusaha untuk memberikan perhatian lebih kepada siswa yang tertinggal, baik dengan cara memberikan bimbingan tambahan maupun memberikan materi yang lebih mudah dipahami.
Pengalaman ini mengajarkan saya pentingnya fleksibilitas dalam mengajar. Seorang guru harus mampu beradaptasi dengan kebutuhan dan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Selain itu, penggunaan metode dan media yang bervariasi juga sangat penting untuk menjaga minat dan motivasi belajar siswa. Dalam mengajar Al-Qur’an dan Hadits, tujuan utamanya adalah agar siswa tidak hanya mampu membaca, tetapi juga memahami dan menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Saya percaya, dengan inovasi yang tepat, proses pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan menyenangkan.
Sebagai seorang pendidik, saya merasa terpanggil untuk terus meningkatkan kualitas pembelajaran agar siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Ini bukan hanya tentang menyampaikan materi, tetapi juga tentang bagaimana memfasilitasi proses belajar yang aktif, menyenangkan, dan relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
Penulis : Muhammad Hafiz Ansyari
Tinggalkan Komentar