Di sebuah desa kecil bernama Kampung Harmoni, hiduplah anak-anak yang beragam. Ada Aisyah, seorang Muslimah yang rajin mengaji, Budi, seorang anak Kristen yang suka pergi ke gereja setiap Minggu, dan Danu, seorang Hindu yang taat bersembahyang setiap pagi.
Meskipun berbeda agama, mereka bersahabat erat. Setiap hari setelah pulang sekolah, mereka bermain bersama di lapangan dekat masjid. Tak pernah sekali pun mereka bertengkar soal agama. Sebaliknya, mereka saling belajar tentang kepercayaan masing-masing dengan penuh rasa ingin tahu.
Suatu hari, di sekolah, guru mereka, Pak Arif, mengadakan lomba menggambar. Temanya adalah “Keberagaman di Sekitar Kita”. Aisyah menggambar masjid, Budi menggambar gereja, dan Danu menggambar pura. Ketika mereka memperlihatkan gambar masing-masing, mereka semua tersenyum dan merasa bangga. Tapi kemudian, Budi bertanya, “Bagaimana kalau kita gabungkan gambar-gambar ini?”
Aisyah dan Danu setuju. Mereka mengambil satu kertas besar dan mulai menggambar. Di tengah-tengah kertas, ada langit biru yang membentang luas. Di bawahnya, berdiri masjid, gereja, dan pura berdampingan, saling melengkapi. Mereka juga menggambar anak-anak dari berbagai agama yang bermain bersama di taman.
Saat hasil akhirnya jadi, mereka merasa senang. Gambar itu tampak seperti pelangi yang indah, memancarkan berbagai warna, tapi tetap satu kesatuan yang harmonis. Ketika Pak Arif melihat gambar mereka, dia tersenyum lebar. “Ini luar biasa! Kalian berhasil menunjukkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, bukan perbedaan yang harus dipertentangkan.”
Hari itu, mereka menyadari bahwa meskipun berbeda keyakinan, mereka tetap bisa hidup rukun dan saling menghormati. Seperti pelangi di langit Kampung Harmoni, mereka percaya bahwa perbedaan adalah keindahan yang harus dirawat dan dijaga bersama.
Tinggalkan Komentar