Oleh : Muhammad Hafiz Ansyari
Sebagai seorang guru di MIS Nor Rahman, saya tidak bisa memungkiri bahwa tantangan dalam mendidik generasi muda saat ini semakin berat. Setiap hari, saya menghadapi situasi yang membuat hati saya resah dan pikiran saya terus-menerus mencari solusi. Siswa-siswa sekarang, entah mengapa, seringkali sulit diatur, terutama ketika ada kegiatan-kegiatan penting yang melibatkan kedisiplinan seperti shalat Dzuhur berjamaah, kegiatan rutin pagi, atau Jumat Taqwa. Dalam banyak kasus, mereka baru bisa diarahkan jika kami, para guru, menggunakan nada tinggi atau bahkan berteriak. Mengapa situasi ini terjadi? Apakah ada solusi untuk mengatasi tantangan yang semakin membesar ini?
Jika kita membandingkan siswa-siswa saat ini dengan generasi sebelumnya, perbedaan sikap dan perilaku terlihat begitu mencolok. Dulu, siswa lebih patuh kepada otoritas guru, mendengar tanpa banyak bicara, dan mematuhi instruksi dengan disiplin yang tinggi. Namun, entah apa yang terjadi dengan perkembangan zaman, sikap tersebut seolah semakin memudar.
Dalam kegiatan-kegiatan penting seperti shalat Dzuhur berjamaah di madrasah, saya sering mendapati siswa yang tidak langsung bersiap ketika waktu shalat tiba. Alih-alih langsung berbaris dengan rapi, mereka lebih suka bercanda dan berbicara dengan teman sebaya mereka. Hal serupa terjadi dalam kegiatan pagi atau Jumat Taqwa. Kedisiplinan yang seharusnya menjadi dasar dalam kegiatan-kegiatan ini tampak tergeser oleh kelalaian dan ketidakpedulian.
Sebagai guru, ini sangat melelahkan. Terpaksa menaikkan nada suara atau bahkan berteriak bukanlah metode yang diinginkan. Namun, situasi sering kali memaksa. Bahkan, ketika suara mulai meninggi, barulah siswa terlihat mulai patuh. Tapi ini tentu bukan solusi yang sehat dan efektif dalam jangka panjang.
Ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab perubahan sikap siswa-siswa madrasah saat ini:
Sebagai guru, tugas mendidik seharusnya menjadi salah satu tugas paling mulia. Namun, ketika siswa sulit diatur, beban itu terasa semakin berat. Setiap hari, energi kami terkuras hanya untuk membuat mereka patuh pada hal-hal mendasar seperti shalat berjamaah atau mengikuti kegiatan rutin pagi dengan tertib.
Sering kali, saya bertanya-tanya: Apakah ini salah saya sebagai guru? Apakah ada cara yang lebih efektif untuk menghadapi mereka? Mengapa mereka hanya mau mendengar saat kami, para guru, harus mengeraskan suara dan menunjukkan ketegasan yang sebenarnya tidak nyaman?
Meskipun tantangan ini terasa besar, saya tetap yakin bahwa selalu ada solusi untuk setiap masalah. Ada beberapa langkah yang bisa dicoba untuk mengembalikan kedisiplinan dan ketertiban di madrasah:
Sebagai seorang guru di MIS Nor Rahman, saya tidak akan menyerah begitu saja. Meskipun tantangan yang dihadapi saat ini terasa berat, saya yakin bahwa dengan usaha bersama dan perubahan pendekatan, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk siswa-siswa kita. Kedisiplinan bukanlah sesuatu yang instan, tapi proses yang harus dijalani dengan sabar dan penuh kesadaran.
Saya percaya bahwa di balik setiap kesulitan, ada pelajaran berharga yang bisa diambil. Mungkin saat ini, para siswa masih perlu banyak pembinaan dan pendampingan, tetapi dengan semangat yang pantang menyerah, kita bisa membawa mereka menuju masa depan yang lebih baik, penuh dengan akhlak yang mulia dan sikap yang disiplin.
Tinggalkan Komentar