Oleh: Muhammad Hafiz Ansyari
Kelayan A, 6 September 2024 – Pada hari ketiga bulan Rabiul Awwal 1446 H, suasana di kediaman H. Ahmad Kusasi di Jalan Kelayan A Gang PGA terasa berbeda. Jamaah berkumpul dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, di mana Tuan Guru H. Muhammad Qomaruddin, atau yang lebih dikenal dengan Guru Busu, menyampaikan tausiyah penuh hikmah dan pelajaran berharga.
Keutamaan Maulid Nabi: Kisah Orang Terkucil yang Mendapatkan Surga
Dalam tausiyahnya, Guru Busu membagikan sebuah kisah yang menggugah hati tentang keutamaan Maulid Nabi. Dikisahkan ada seorang yang meninggal dunia dan jenazahnya dibuang ke tempat sampah karena dianggap tak berharga. Namun, di malam itu, terdengar suara dari langit yang menyuruh penduduk Basrah untuk menghadiri takziah seorang wali Allah. Para ulama yang bermimpi malam itu melihat bahwa orang yang meninggal tersebut sudah berada di dalam surga.
Guru Busu menjelaskan bahwa kebahagiaan orang tersebut karena hatinya pernah gembira saat hadirnya bulan Maulid Nabi. Kisah ini menjadi pelajaran penting agar kita tidak memandang rendah seseorang hanya dari penampilan luarnya. Kita diajarkan untuk husnudzon (berprasangka baik) kepada semua makhluk, karena hanya Allah yang tahu isi hati dan amalan seseorang.
Pelajaran dari Seorang Wanita yang Masuk Surga Karena Memberi Minum Anjing
Guru Busu juga mengingatkan kisah terkenal lainnya tentang seorang wanita nakal yang masuk surga hanya karena memberi minum seekor anjing yang kehausan. Hal ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk tidak merasa lebih baik dari orang lain dan selalu berbuat baik, sekecil apapun amalannya. Terkadang, amalan sederhana yang dilakukan dengan hati ikhlas dapat menjadi sebab seseorang meraih rahmat Allah.
Kasih Sayang untuk Orang yang Meninggal: Doa dan Amalan yang Berbuah Pahala
Guru Busu menekankan pentingnya mendoakan dan mengasihani mereka yang telah meninggal dunia, walaupun hanya dengan membaca satu ayat Al-Quran. Beliau menjelaskan bahwa doa dan amalan orang hidup dapat sampai kepada orang yang telah meninggal, menjadi bentuk kepedulian dan kasih sayang yang tak terputus oleh kematian.
Hal ini menunjukkan betapa besar manfaat amalan dan doa kita bagi orang yang telah tiada. Dengan demikian, kita diingatkan untuk tidak berhenti berdoa dan berbuat baik, meskipun penerima manfaatnya sudah tidak lagi bersama kita di dunia ini.
Istiqomah Cinta Kepada Nabi dan Zuriatnya: Mendapatkan Syafaat di Akhirat
Di penghujung tausiyah, Guru Busu mengajak seluruh jamaah untuk istiqomah dalam mencintai Nabi Muhammad SAW dan zuriatnya. Cinta kepada Nabi tidak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dengan amalan, sholawat, dan perilaku yang meneladani beliau. Dengan terus memperbanyak cinta dan mengikuti jejak Nabi, kita berharap mendapatkan syafaat beliau di hari akhir nanti.
Kesimpulan: Meraih Keberkahan Maulid dengan Hati yang Penuh Cinta
Peringatan Maulid Nabi bukan hanya sekadar perayaan, tetapi momen untuk memperdalam cinta kita kepada Rasulullah dan mengambil pelajaran dari setiap kisah yang penuh makna. Guru Busu mengingatkan bahwa kebaikan yang tampak kecil bisa membawa dampak besar di sisi Allah, dan kita tidak boleh merasa lebih baik dari orang lain. Berprasangka baik, berbuat baik, dan mencintai Nabi serta zuriatnya adalah jalan untuk meraih berkah, ampunan, dan syafaat di akhirat.
Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk senantiasa istiqomah dalam kecintaan kepada Nabi dan senantiasa berbuat baik tanpa memandang siapa penerimanya. Mari kita jadikan peringatan Maulid ini sebagai pengingat untuk selalu husnudzon, menyebar kebaikan, dan meraih ridho Allah SWT. Aamiin.
Semoga artikel ini menginspirasi dan menjadi pengingat bagi kita untuk terus meneladani Rasulullah dan memperbanyak amal baik, terutama di bulan yang penuh berkah ini.
Tinggalkan Komentar