Dalam ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja), mencintai keluarga dan sahabat Nabi Muhammad SAW merupakan suatu keharusan. Hal ini didasarkan pada perintah agama serta contoh langsung dari Rasulullah SAW.
Menurut kitab “Alimu Awladakum Mahabbata Ahli Baitin Nabiy,” yang tergolong ahlul-bait adalah Sayyidatuna Fathimah, Sayyidina Ali, Sayyidina Hasan, dan Sayyidina Husain (radhiyallahu ‘anhum). Selain itu, istri-istri Nabi juga termasuk dalam keluarga Nabi, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits yang menganjurkan membaca shalawat kepada Nabi, istri, dan keluarganya.
Firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 6 menyatakan:
“Nabi itu lebih utama bagi orang mukmin daripada diri mereka sendiri. Dan istri-istri Nabi adalah ibu mereka.”
Ayat ini menunjukkan bahwa istri-istri Nabi dianggap sebagai bagian dari keluarga Nabi.
Sahabat Nabi adalah mereka yang pernah bertemu Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dalam keadaan beriman, dan meninggal dalam iman. Dalam tradisi Aswaja, para sahabat Nabi dihormati dan dicintai karena peran penting mereka dalam mendukung dan menyebarkan Islam bersama Rasulullah SAW.
Ada beberapa alasan utama mengapa umat Islam perlu mencintai keluarga dan sahabat Nabi:
Mencintai keluarga dan sahabat Nabi tidak berarti menjadi fanatik secara buta. Dalam Aswaja, kecintaan ini harus didasarkan pada prinsip tawassuth (moderat), tawazun (seimbang), dan i’tidal (adil). Kecintaan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari mencintai Nabi SAW dan merupakan tuntunan untuk mengikuti jejak beliau.
Mencintai keluarga dan sahabat Nabi adalah bagian penting dari iman dan kecintaan kepada Rasulullah SAW. Dengan mengikuti teladan mereka, umat Islam diharapkan dapat menjaga keseimbangan dalam beragama dan menjauhi fanatisme yang berlebihan.
Referensi:
Zaini, S.Pd.I M.PdKepala Sekolah
|
Tinggalkan Komentar