Gerakan 30 September 1965, atau lebih dikenal dengan G30S PKI, merupakan salah satu tragedi yang paling diingat dalam sejarah Indonesia. Peristiwa ini tidak hanya menandai puncak ketegangan politik di Indonesia tetapi juga membawa perubahan besar dalam tatanan sosial dan politik bangsa. Digerakkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI), peristiwa ini memakan korban dari kalangan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dan mengguncang stabilitas nasional. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai sejarah PKI, kronologi kejadian G30S PKI, serta dampak dari gerakan tersebut terhadap Indonesia.
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu partai tertua di Indonesia dan memiliki pengaruh yang signifikan pada masa awal kemerdekaan. Berdiri pada awal 1920-an, PKI memiliki sejarah panjang dalam kancah perpolitikan Indonesia. Awalnya, PKI merupakan hasil dari transformasi organisasi bernama Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang didirikan oleh tokoh sosialis asal Belanda, Hendricus Josephus Franciscus Marie Sneevliet, atau dikenal sebagai Henk Sneevliet.
ISDV berkembang dengan cepat di Indonesia melalui infiltrasi ke organisasi lokal seperti Sarekat Islam, yang kala itu dipimpin oleh tokoh besar seperti Semaoen dan Darsono. Pada 1920, PKI secara resmi dibentuk dengan Semaoen sebagai ketua. Keberadaan PKI kian mencuat setelah partai ini berhasil memperoleh dukungan signifikan dari kaum intelektual, buruh, dan petani.
Pada pemilu 1955, PKI tercatat sebagai salah satu partai terbesar di Indonesia, meraih 16,4 persen suara dan berada di urutan keempat setelah PNI, Masyumi, dan NU. Namun, meski popularitasnya meningkat, gerakan PKI mulai menimbulkan ketegangan di kalangan elite politik dan militer Indonesia, terutama terkait ambisi PKI untuk menyebarkan ideologi komunisme.
G30S PKI terjadi pada malam 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965. Gerakan ini dimotori oleh Dipa Nusantara Aidit, yang kala itu menjadi pemimpin utama PKI. Berdasarkan beberapa sumber, termasuk buku Api Sejarah karya Ahmad Mansur Suryanegara, DN Aidit mendukung gagasan Nikita Khrushchev yang menyatakan bahwa komunisme bisa dicapai melalui jalur damai, bertentangan dengan pandangan Mao Ze Dong dan Stalin yang mengedepankan peperangan.
Pada malam kudeta tersebut, pasukan di bawah komando Letnan Kolonel Untung, yang juga menjabat sebagai komandan Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, unit pengawal Presiden Soekarno, melancarkan operasi militer dengan tujuan menculik dan membunuh sejumlah perwira tinggi TNI AD. Gerakan ini sebelumnya dikenal dengan nama Operasi Takari, namun kemudian berganti nama menjadi Gerakan 30 September.
Pasukan tersebut bergerak dari Lubang Buaya, sebuah lokasi yang kelak dikenal sebagai tempat eksekusi dan penguburan para perwira tinggi TNI AD. Dalam aksi kudeta ini, enam perwira tinggi menjadi korban penculikan dan pembunuhan. Para perwira yang gugur antara lain:
Selain itu, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan Brigadir Polisi Satsuit Tubun juga menjadi korban dalam aksi tersebut. Hanya Jenderal AH Nasution yang berhasil selamat dari penculikan, meski putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, tewas tertembak dalam peristiwa itu.
Tidak hanya di Jakarta, gerakan ini juga terjadi di Yogyakarta, di mana Mayor Mulyono, seorang pemimpin PKI di wilayah tersebut, bertanggung jawab atas penculikan dan pembunuhan Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono, dua perwira TNI AD yang menjadi korban di wilayah Yogyakarta.
Salah satu tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan Presiden Soekarno dan menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi komunis. PKI ingin membentuk pemerintahan komunis yang sesuai dengan cita-cita mereka, yakni menciptakan masyarakat komunis yang adil dan setara menurut prinsip-prinsip Marxisme. Gerakan ini juga bertujuan untuk menyingkirkan TNI AD, yang dianggap sebagai ancaman terbesar bagi upaya PKI merebut kekuasaan.
Berikut adalah beberapa tujuan utama dari G30S PKI:
G30S PKI tidak hanya meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban, tetapi juga memicu reaksi politik yang besar di seluruh Indonesia. Setelah peristiwa tersebut, PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh pemerintah. Militer di bawah pimpinan Jenderal Soeharto segera melakukan operasi untuk menumpas anggota PKI dan simpatisannya di seluruh negeri. Tragedi ini berujung pada penangkapan, pengadilan, dan eksekusi ribuan anggota PKI, serta dugaan pembersihan massal terhadap kaum komunis di Indonesia.
Selain itu, peristiwa ini juga mempengaruhi perubahan besar dalam kepemimpinan Indonesia. Soeharto, yang sebelumnya adalah Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad), berhasil mendapatkan mandat untuk memulihkan keamanan nasional. Posisi ini pada akhirnya membuka jalan bagi Soeharto untuk mengambil alih kekuasaan dari Soekarno pada 1967 dan memulai era Orde Baru yang berlangsung lebih dari 30 tahun.
Peristiwa G30S PKI adalah salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah Indonesia. Gerakan ini tidak hanya menjadi tragedi kemanusiaan, tetapi juga membawa dampak besar pada perubahan sosial-politik bangsa. Dengan kudeta yang gagal dan penumpasan besar-besaran terhadap komunis, G30S PKI menjadi penanda akhir dari dominasi politik PKI di Indonesia. Selain itu, peristiwa ini juga menjadi titik awal dari kebangkitan Soeharto dan berakhirnya era Soekarno sebagai pemimpin bangsa. Tragedi ini terus dikenang dan dipelajari sebagai bagian penting dari sejarah Indonesia.
Referensi :
Rosa, N. (2023, September 26). Sejarah G30S PKI lengkap dengan kronologinya. detikEdu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6950951/sejarah-g30s-pki-lengkap-dengan-kronologinya
Tinggalkan Komentar