Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
Anda disini : Home - Blog - Metode Iqra’ KH. As’ad Humam: Analisis Behavioristik dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
2November2024
Metode Iqra’ KH. As’ad Humam: Analisis Behavioristik dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Sab, 2 November 2024 Dibaca 174x
1. Latar Belakang Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah metode belajar membaca Al-Qur’an yang dikembangkan oleh KH. As’ad Humam, yang kemudian populer di Indonesia dan digunakan secara luas di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ). Metode ini disusun untuk mengatasi rendahnya kemampuan generasi muda Muslim dalam membaca Al-Qur’an. Sistemnya yang bertahap dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan santri menjadikan metode ini efektif dan praktis, di mana anak-anak diharapkan dapat mencapai tingkat kemahiran membaca Al-Qur’an secara bertahap, mulai dari pengenalan huruf hingga pada tingkat membaca ayat-ayat dengan tajwid yang benar.
2. Teori Belajar Behavioristik
Behaviorisme adalah teori belajar yang berfokus pada perubahan perilaku yang dapat diamati sebagai hasil dari proses pembelajaran. Teori ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Ivan Pavlov dan B.F. Skinner, yang menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dikendalikan dan dimodifikasi melalui stimulus dan respons yang tepat. Dalam teori ini, pembelajaran diartikan sebagai perubahan perilaku yang dihasilkan dari paparan rangsangan atau stimulus.
3. Karakteristik Behavioristik dalam Metode Iqra’
Metode Iqra’ banyak dipengaruhi oleh prinsip-prinsip behavioristik, di mana beberapa karakteristik utamanya termasuk:
Pendekatan Molekular: Metode Iqra’ memecah proses belajar membaca Al-Qur’an ke dalam bagian-bagian kecil yang bertingkat, dengan total enam jilid yang menyesuaikan tingkat kesulitan secara bertahap. Ini sesuai dengan pendekatan behavioristik yang mengutamakan penyederhanaan perilaku kompleks menjadi satuan-satuan kecil yang lebih mudah dikuasai.
Manusia Sebagai Entitas Pasif: Teori behavioristik memandang peserta didik sebagai penerima pasif dari rangsangan. Dalam metode Iqra’, guru berperan sebagai penyampai stimulus, memberikan contoh yang kemudian diulang oleh santri. Siswa hanya perlu mengikuti dan mengulangi pembelajaran yang diajarkan oleh guru.
Pemindahan (Transfer) Pembelajaran: Dalam metode Iqra’, setelah anak-anak menguasai satu tingkat pembelajaran, mereka dapat melanjutkan ke tingkat selanjutnya dengan pemahaman yang lebih mendalam. Hal ini merupakan bentuk transfer pembelajaran yang umum dalam pendekatan behavioristik, di mana keterampilan yang telah dipelajari dapat digunakan untuk memahami keterampilan baru dengan dasar yang sama.
4. Implementasi Metode Iqra’ dalam Pembelajaran Al-Qur’an
Metode Iqra’ memiliki beberapa aturan spesifik dalam proses pembelajaran yang menyesuaikan teori behavioristik:
Latihan yang Berulang: Pembelajaran dalam metode Iqra’ menekankan pada pengulangan dan latihan intensif. Siswa membaca berulang kali hingga mencapai tingkat penguasaan tertentu, yang memungkinkan respons yang terlatih dan otomatisasi dalam pembacaan.
Sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif): Dalam metode ini, guru berperan sebagai fasilitator dan penyimak, sedangkan siswa diberi tanggung jawab untuk membaca secara mandiri. Hal ini sejalan dengan pendekatan behavioristik yang memberi ruang bagi peserta didik untuk berlatih secara aktif di bawah pengawasan.
Penguatan (Reinforcement): Dalam pembelajaran Iqra’, guru memberikan umpan balik langsung ketika anak-anak membaca, misalnya dengan memberikan pujian jika membaca dengan benar dan koreksi jika ada kesalahan. Pendekatan ini bertujuan untuk memperkuat kebiasaan membaca yang benar melalui penguatan positif dan negatif.
5. Keunggulan dan Tantangan dalam Metode Iqra’
Keunggulan: Metode Iqra’ efektif dalam mempercepat proses belajar membaca Al-Qur’an. Sistem yang bertahap dan tersusun membuat metode ini mudah diikuti oleh berbagai tingkatan umur, dari anak-anak hingga orang dewasa. Metode ini juga memungkinkan anak untuk belajar dengan mandiri dan meningkatkan percaya diri dalam membaca Al-Qur’an.
Tantangan: Pendekatan yang terlalu mekanistik dapat menimbulkan kesulitan ketika menghadapi siswa dengan kebutuhan belajar khusus yang memerlukan pendekatan yang lebih adaptif. Selain itu, siswa mungkin hanya fokus pada keterampilan teknis membaca tanpa memahami makna mendalam dari ayat-ayat yang dibaca, yang seharusnya menjadi tujuan akhir pembelajaran Al-Qur’an.
6. Kesimpulan
Metode Iqra’ KH. As’ad Humam adalah pendekatan yang sangat relevan dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia, terutama dalam meningkatkan keterampilan membaca Al-Qur’an pada anak-anak. Metode ini menekankan aspek teknis pembelajaran yang dioptimalkan dengan prinsip-prinsip behavioristik, yang terlihat dari karakteristiknya yang molekular, bersifat mekanistik, dan mengutamakan latihan yang berulang. Kendati efektif dalam mengajarkan cara membaca, metode ini perlu didukung oleh pendekatan pemahaman agar anak-anak tidak hanya bisa membaca tetapi juga memahami makna ayat-ayat Al-Qur’an yang mereka baca.
Dengan metode Iqra’, diharapkan generasi muda Muslim di Indonesia dapat lebih mahir dalam membaca Al-Qur’an, membangun kecintaan pada kitab suci, dan menjaga tradisi keagamaan yang kuat di tengah perubahan zaman.
Referensi :
Kuswoyo, tt. Metode Iqra’ K.H. As’ad Humam: Perspektif Behavioristik. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tinggalkan Komentar