Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
05Mar2022

Tantangan Pendidikan Agama Islam Di abad 21

MI NOR RAHMAN – Pendidikan Islam adalah merupakan suatu kegiatan yang mengarahkan  dengan sengaja perkembangan seseorang sesuai atau sejalan dengan nilai- nilai Islam. Secara umum, pendidikan Islam adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik agar tumbuh dan berkembang mengaktualkan potensinya berdasarkan kaidah- kaidah moral Al-Qur’an, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup.

Salah satu faktor penyebab adalah pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama (Islam) kurang diberikan dalam bentuk latihan- latihan pengalaman untuk menjadi corak kehidupan sehari- hari. Sehingga dalam masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan toleransi, kebersamaan, khususnya dalam masyarakat yang majemuk. Hal itu memberi peluang untuk mengembangkan pendidikan Islam di Indonesia.

Ada dua alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, filsafat pendidikan kita mengalami tiga perubahan: pra kemerdekaan, bersifat rasialisme dan kolonialisme; pasca kemerdekaan, bersifat humanisme kultural/ sekular; dan orde baru ke reformasi bersifat humanisme teistik. Kedua, paling tidak pendidikan Islam memiliki beberapa keuntungan. Diantara nya tujuan pendidikan nasional senada dengan tujuan pendidikan Islam yaitu untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, kurikulum pendidikan agama dalam pendidikan formal semakin mantap, pendidikan agama dalam pendidikan formal semakin mantap, pendidikan agama dalam pendidikan informal ditegaskan oleh UU Pendidikan Nasional, lembaga pendidikan keagamaan diakui sama dengan jenis pendidikan lainnya.

Saat ini perkembangan Iptek sangat pesat. Untuk mengikuti perkembangannya hampir tidak mampu. Apalagi ilmu- ilmu sosial termasuk agama Islam nampak lebih lambat, bahkan lebih tragis lagi perkembangan ilmu Islam mengalami kemandekan/ penurunan. Tujuan pendidikan berwawasan nilai merupakan proses pendidikan guna memahami hakekat ilmu dan teknologi. Dengan demikian, kualitas pendidikan dapat diandalkan sebab kualitas keluaran pendidikan jenis ini membentuk manusia cerdas dan terampil yang memiliki kepribadian dan mampu mendukung pembangunan bangsa yang berkeadilan.

Bila dicermati, pendidikan nasional telah bergeser dari humanisme sekuler ke humanisme teistik. Pergeseran ini untuk mengantisipasi perkembangan perubahan sosio kultural bangsa memasuki abad 21, setelah menikmati hasil pembangunan selama 30 tahun. Sementara pendidikan islam sebagai pendidikan filosofi dalam sistem yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan mengacu nilai- nilai islam yang terkandung dalam AL-Qur’an dan hadits. Tujuannya, menumbuhkan kesadaran manusia sebagai mahluk Allah, agar tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berakhlak mulia dan beribadah kepada Nya. Pendidikan Islam sebagaimana dilakukan oleh Rasullullah, dimulai dari merubah sikap dan pola pikir masyarakat, menjadi masyarakat belajar yaitu yang mau dan mampu menghargai nilai- nilai ilmiah. Maka orientasi pendidikan Islam harus diletakkan sebagai dasar tumbuhnya kepribadian manusia Indonesia paripurna (insani kamil). Sehingga eksistensinya selalu dibutuhkan dan memberikan konstribusi positif bagi lahirnya masyarakat intelektual, bukan sekedar diperhitungkan atau sebagai pelengkap derita.

Meski telah dilakukan usaha- usaha pembaharuab Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberpa tantangan dan problema. AL-Qur’an dan sunnah gagal ditempatkan sebagai sumbur otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi tujuan merumuskan panduan/ petunjuk kehidupan dunia. Lebih- lebih ketika dihadapkan pada arus dera nya globalisasi yang meskipun terbuka peluang namun syarat dengan berbagai tantangan yang memerlukan upaya dan konsentrasi maksimal untuk mampu menciptakan pendidikan bersaing diruang global.

Pendidikan selalu berkembang dan selalu dihadapkan pada perubahan zaman dan problematiknya. Untuk itu, mau tidak mau pendidikan harus didesain mengikuti irama perubahan zaman tersebut khususnya Pendidikan Islam. Apabila Pendidikan Islam tidak didesain mengikuti irama perubahan, maka pendidikan Islam akan ketinggalan dengan lajunya perkembangan zaman. Karena itu, perubahan pendidikan islam harus relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat, maka dari itu harus tahu juga tantangan dan problematika yang terjadi pada saat ini.

Upaya membangun pendidikan Islam berwawasan global bukan persoalan mudah, karena pada waktu bersamaan pendidikan islam harus memiliki kewajiban untuk melestarikan, menanamkan nilai- nilai ajaran Islam dan dipihak lain berusaha untuk menanamkan karakter berbasis lokal. Upaya untuk membangun pendidikan Islam yang berwawasan global dapat dilaksanakan dengan langkah- langkah yang terencana dan strategis dengan menangkap peluang dan bersiaga menghadapi tantangan masa depan.

Tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam pada masa yang akan datang, menurut Said Ismail Ali bahwa umat Islam :

Kurang mampu menyeleksi informasi dan teori- teori mana yang maslahat untuk diaplikasikan dan mana pula yang baik

Gaya hidup hedonis, konsumtif dan fantatif akibat pengaruh era globalisasi dan era informasi

Berkiblat dan berbarometer kepada negara maju secara fisikly padahal terbelakang pada aspek peradaban dan akhlak (Fazlur Rahman, 1983).

Tantangan- tantangan tersebut bisa disadari merupakan signal peluang yang menuntut para praktisi pendidikan untuk membuat formula, konsep dan strategi pendidikan menjadi bersaing dalam ruang global yang meliputi 3 dimensi yaitu ekonomi, politik dan budaya. Ekonomi, secara eksternal kita pun menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi. Globalisasi tidak hanya akan berlangsung dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya terutama budaya. Globalisasi budaya yang arusnya semakin deras akan membawa berbagai perubahan fundamental yang lebih komplek dibandingkan dengan globalisasi ekonomi. Kompleksitas itu muncul akibat masuknya berbagai macam budaya dari luar yang berinteraksi secara langsung dengan budaya bangsa kita yang ragamnya begitu besar. Pada gilirannya, transformasi budaya merupakan suatu penomena yang tidak dapat dipungkiri. Transformasi tersebut dipercepat oleh perkembangan teknologi. Melalui kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, penetrasi budaya internasional semakin luas dan intensif.

Menurut Nanang Fattah (2012), diantara masalah- masalah yang akan dihadapi oleh pendidikan islam abad 21 adalah :

  1. Perang ideologi, antara ideologi orientalis, oxidentalis, kaum fundamentalis dan lainnya.
  2. Perbedaan model yang mesti dihadapi, yaitu model pendidikan Islam dan model pendidikan Barat (Sekuler).
  3. Interes pribadi, golongan, dan bahkan negara yang sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan.
  4. Adanya dikhotomi ilmu yang masih akan mewarnai dunia pendidikan.
  5. Perbedaan pendapat tentang epestemologi ilmu.

 

Bahaya factor-faktor internal, diantaranya masik banyak praktisi pendidikan yang enggan menggali teori-teori pendidikan langsung dari sumber aslinya, dengan alasan banyak syarat dan alat yang terlebih dahulu dimiliki, ketimbang teori-teori yang dipaparkan oleh ahli-ahli pendidikan Barat.

Broblematika dasar-dasar keilmuan yang akan menjadi referensi, yang banyak berbeda antara satu institusi dengan institusi keilmuan yang lain.

Tidak adanya barometer tertentu yang dapat memastikan bahwa seseorang itu ahli dalam bidang pendidikan atau tidak, sebab setiap tokoh mempunyai latar belakang tersendiri dalam mengekspresikan pendapatnya, juga mempunyai latar belakang waktu dan tempat yang berbeda.

Adanya dialog-dialog yang terjadi antara orang yang tidak berkapasitas dalam pendidikan Islam, sehingga kesimpulan dialog itu tidak menghasilkan pendidikan yang islami.

Perbedaan zaman para ahli pendidikan, sehingga teori-teori yang dihasilkan pada zaman terdahulu masih diperaktekkan pada zaman sekarang meskipun sudah tidak lagi up to date.

Motivasi yang melandasi para ahli pendidikan, ada yang semata-mata berorientasi untuk mencapai kemajuan pendidikan Islam, tapi ada juga yang duniawi benefit oriented.

 

Oleh karena itu perjalanan bangsa kedepan akan menghadapi bebagai tantangan yang bukan berupa tantangan ekonomi, tetapi juga tanatangan social dan budaya. Dalam hal ini, guru bersama- sama orang tua sangat berperan aktif dalam mendidik anak untuk lebih siap menghadapi tantangan- tantangan yang ada pada abad 21 ini.

Dibaca 1290x
Lainnya
November 2024
M S S R K J S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
24252627282930