Jakarta – Zakat fitrah adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap Muslim yang menemui bulan Ramadhan dan Syawal, termasuk bayi, dewasa, laki-laki, perempuan, hingga budak. Besaran zakat fitrah yang harus dikeluarkan adalah satu sha’ makanan pokok, biasanya dalam bentuk beras di Indonesia. Namun, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat, bolehkah zakat fitrah sekeluarga diberikan kepada satu orang mustahiq (penerima zakat)?
Dalam mazhab Syafi’i, zakat fitrah idealnya diberikan kepada beberapa orang mustahiq dari delapan golongan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, seperti faqir, miskin, dan gharim (orang berutang). Minimal, zakat harus dibagi merata kepada tiga orang dari masing-masing golongan mustahiq yang ada di wilayah setempat.
Hal ini berdasarkan prinsip dalam gramatika bahasa Arab bahwa bentuk plural (jama’) minimal terdiri dari tiga orang. Maka, jika zakat tidak diberikan secara merata, pemberi zakat wajib mengganti rugi kepada mustahiq yang tidak menerima zakat.
Syekh Ibnu Qasim al-Ghuzzi menegaskan:
“Tidak boleh memberikan zakat kepada kurang dari tiga orang dari setiap golongan penerima zakat, kecuali kepada ‘amil (panitia zakat) yang boleh diberikan hanya kepada satu orang jika sudah mencukupi kebutuhannya.” (Fath al-Qarib Hamisy Qut al-Habib al-Gharib, hlm. 213).
Sebaliknya, mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali memperbolehkan pemberian zakat kepada satu orang mustahiq saja. Mereka berpendapat bahwa aturan meratakan zakat kepada minimal tiga orang dari setiap golongan sulit diterapkan, terutama dalam konteks zakat fitrah yang jumlahnya relatif kecil.
Pendapat ini juga didukung oleh beberapa ulama dari mazhab Syafi’i, seperti Imam Ibnu Ujail al-Yamani dan Imam al-Ashba’i, yang berpendapat bahwa boleh memberikan zakat fitrah sekeluarga kepada satu orang mustahiq jika diperlukan.
Syekh Abu Bakr bin Syatho menyatakan:
“Tiga Imam (Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad bin Hanbal) serta banyak ulama membolehkan zakat diberikan kepada satu orang dari golongan penerima zakat.” (I’anah al-Thalibin, juz 2, hlm. 212).
Pemberian zakat fitrah kepada satu orang mustahiq adalah masalah yang diperdebatkan ulama (ikhtilaf). Menurut mayoritas ulama Syafi’iyah, zakat fitrah sebaiknya dibagi merata kepada beberapa orang mustahiq. Namun, dalam kondisi tertentu, masyarakat bisa mengikuti pendapat ulama yang memperbolehkan pemberian zakat kepada satu orang.
Yang terpenting adalah memastikan bahwa zakat fitrah diberikan kepada mustahiq yang benar-benar membutuhkan, sesuai tujuan utama zakat untuk mengurangi kesenjangan sosial dan membantu sesama Muslim.
Referensi:
Mubasysyarum Bih, M. (2020, 17 Mei). Hukum Memberikan Zakat Fitrah Sekeluarga kepada Satu Orang. NU Online. Diakses dari https://nu.or.id.
Tinggalkan Komentar