MI NOR RAHMAN NEWS – Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dapat dilakukan oleh guru melalui sebuah karya inovatif. Karya inovatif tersebut bermacam-macam jenisnya.
Karya inovatif merupakan karya hasil pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni yang bermanfaat bagi pendidikan dan/atau masyarakat, yang terdiri dari:
* menemukan teknologi tepatguna;
* menemukan/ menciptakan karya seni;
* membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum;
* mengikuti pengembangan/penyusunan standar, pedoman, soal, dan sejenisnya.
Penemuan atau pembuatan sebuah karya itulah yang kemudian dapat disebut sebagai karya inovatif. Selain dapat diterpkan dalam pembelajaran di kelas, karya inovatif juga dapat diajukan untuk kenaikan pangkat dengan angka kredit yang dimiliki dan tentunya bervatiatif.
Melalui karya inovatif yang dibuat atau ditemukan, guru dapat menggunakannya di dalam kegiatan belajar Project Based Learning (PjBL). Dengan begitu, guru dan siswa dapat bekolaborasi dalam menciptakan sesuatu yang baru melalui Project Based Learning.
Sekilas Tentang Project Based Learning
Project based learning adalah cara pembelajaran yang bermuara pada proses pelatihan berdasarkan masalah‐masalah nyata yang dilakukan sendiri melalui kegiatan tertentu (proyek).
Titik berat masalah nyata yang dilakukan dalam suatu proyek kegiatan sebagai proses pembelajaran ini merupakan hal yang paling penting.
Oleh karena itu, semua dijalankan dengan cara‐cara: dinamikakerja kelompok, investigasi secara independen, mencapai tingkat pemahaman yang tinggi, mengembangkan keterampilan individual dan sosial.
Karakteristik Pembelajaran Project Based Learning
Terdapat beberapa karakteristik pada metode pembelajaran project based learning, antara lain adalah sebagai berikut.
Artinya proyek menjadi pusat dalam pembelajaran.
Driving question. Difokuskan pada pertanyaan atau masalah-masalah yang mengarahkan peserta didik untuk mencari solusi dan konsep atau prinsip suatu ilmu pengetahuan yang sesuai.
Constructive investigation. Siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri. Disini guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja.
Project based learning bersifat student centered learning. Dalam hal ini peserta didik bertindak sebagai problem solver dari masalah yang akan dibahas.
Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi sebenarnya atau situasi nyata.
Pembelajaran berbasis proyek dapat dikerjakan oleh peserta didik baik secara individu atau berkelompok yang tentunya dengan menggunakan fasilitas teknologi yang ada.
Melalui pembelajaran berbasis proyek ini kita dapat meminta peserta didik untuk mendesign sesuatu yang bisa membentuk dan meningkatkan kemampuan kreatif peserta didik.
Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran project based learning dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Pembelajar dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan sesuai dengan dunia nyata yang relevan untuk siswa dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktifitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang, mungkin serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Aktifitas pada tahap ini antara lain:
– membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek;
– membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek;
– membawa peserta didik agar merencanakan rencana yang baru, serta
– membimbing peserta didik ketika mereka membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu acara.
Guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses.
Guru berperan sebagai mentor dalam aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa.
Memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok.
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran.
Sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.
Model Pembelajaran Project Based Learning pada Anak Usia Dini
Langkah-langkkah yang perlu dilakukan dalam pendekatan pembelajaran project based learning yaitu memilih topik, eksplorasi, rencana kegiatan, ringkasan pengalaman.
Topik harus sesuatu yang konkrit dan dekat dengan lingkungan anak. Topik dalam pendekatan proyek harus konkret, dekat dengan pengalaman pribadi anak, menarik, penting untuk anak-anak, padat dalam arti potensial secara emosional dan intelektual.
Sehingga anak memperoleh pegalaman yang kaya dan dapat dilakukan dalam jangka panjang. Guru dan anak dapat mendiskusikan topik dan mencapai kesepakatan bersama.
Setelah topik proyek dipilih bersama, langkah selanjutnya yaitu melakukan eksplorasi. Anak dirangsang untuk mengungkapkan berbagai pertanyaan, komentar dan ide-ide yang berkaitan dengan topik yang telah dipilih.
Guru bersama anak mencatat hasil eksplorasi anak dalam bentuk ide-ide, pertanyaan dan komentar yang telah disampaikan dari hasil diskusi.
Tahapa ini merupakan tahap ide-ide dan pertanyaan anak-anak dikembangkan menjadi kegiatan belajar untuk mengeksplorasi lebih lanjut.
Pada tahap ini terjadi refleksi dan pengulangan, anak-anak dipandu untuk memperoleh pegalaman yang lebih mendalam mengenai topik yang dipilih.
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Aktifitas pada tahap ini antara lain:
@ membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek;
@ membuat deadline (batas waktu akhir) penyelesaian proyek;
@ membawa peserta didik agar merencanakan rencana yang baru; dan
@ membimbing peserta didik ketika mereka membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu acara.
Dalam pelaksanaan kegiatan guru bertanggung jawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dapat dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap proses.
Dengan kata lain guru berperan sebagai mentor dalam aktifitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring dibuat sebuah rubric yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting, akhir dari kegiatan ini maka diperoleh penilaian dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
Di dalam ringkasan pengalaman maka terdapat proses evaluasi. Tahap ini merupakan tahap puncak dari seluruh rangkaian pengalaman anak dalam mengeksplorasi topik pembahasan.
Guru melakukan evaluasi bersama anak-anak, mempertimbangkan apa yang dipelajari dan apa yang akan dicapai. Evaluasi yang dilakukan bukan menilai hasil anak, namun evalusi terhadap proses pembelajaran dan kendala-kendala yang dihadapi anak selama proses tersebut.
Syarat Pelaksanaan Project Based Learning
Pembelajaran project based learning dapat dilaksanakan apabila dipenuhi syarat-syarat seperti guru harus terampil mengidentifikasi kompetensi dasar yang lebih menekankan pada aspek keterampilan atau pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kemudian guru juga harus mampu memilih materi atau topik-topik yang akan dijadikan tema proyek sehingga menjadi menarik, terampil menumbuhkan motivasi peserta didik dalam mengerjakan proyek.
Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup serta guru harus melihat kesesuaian waktu proyek dengan kalender akademik sehingga kegiatan proyek memungkinkan akan dilakukan.
Tinggalkan Komentar