Oleh: Seorang Guru, Orang Tua, dan Warga Banjarmasin
Bayangkan ini: malam belum terlalu larut, jam menunjukkan pukul 22.00, tapi trotoar Banjarmasin sudah jadi panggung remaja—nongkrong, konvoi motor, bahkan beberapa terlibat dalam aksi ugal-ugalan. Sebagai guru sekaligus orang tua, saya tidak bisa diam. Apa yang dilakukan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dengan aturan jam malam pelajar sebenarnya patut kita tiru. Bahkan, seharusnya sudah sejak lama Kalimantan Selatan, khususnya Banjarmasin, menerapkannya.
Di sekolah tempat saya mengajar, saya menyaksikan sendiri betapa banyak siswa datang dengan mata panda, letih, tidak fokus. Ditanya, jawabannya seragam: “Tidur larut, habis nongkrong, main ponsel, futsal malam-malam.” Mereka bilang itu “me time”. Tapi mari jujur—berapa banyak dari itu yang benar-benar positif?
Saat pelajar jadi “raja jalanan” setelah jam 9 malam, masalahnya bukan cuma kenakalan, tapi soal keselamatan, etika, bahkan masa depan. Jam malam bukan bentuk represi, tapi justru bentuk perlindungan.
Jawa Barat sudah memulai. Bukan cuma himbauan kosong, tapi ada patroli, edukasi, sampai MoU dengan TNI/Polri. Ya, memang belum sempurna, ada yang protes, ada yang merasa dikekang. Tapi itu hal biasa saat perubahan besar diterapkan. Justru lebih baik memulai dan belajar dari kekurangannya, daripada tidak pernah memulai sama sekali.
Kami di Banjarmasin butuh aturan serupa. Tapi tidak bisa asal copy-paste. Harus ada sentuhan lokal. Misalnya:
Sebagai orang tua, saya tidak ingin anak saya hanya aman di rumah. Saya ingin dia tahu kenapa harus pulang cepat. Saya ingin dia punya ruang berekspresi, tapi tetap dalam jalur aman. Saya ingin pemerintah bantu kami, bukan hanya dengan aturan, tapi dengan aksi nyata: ruang komunitas, tempat olahraga malam yang diawasi, jam belajar yang realistis.
Jam malam itu bukan tentang menghukum, tapi tentang memberi batas sehat. Sama seperti kita ajarkan anak jangan makan junk food setiap hari—bukan karena tak boleh nikmat, tapi karena kita sayang.
Anak-anak kita bukan sekadar penerus masa depan. Mereka sedang hidup sekarang, dan tanggung jawab kita sekarang juga. Jika Banjarmasin ingin generasi muda yang tangguh, cerdas, dan bermoral, maka pembentukan karakter tidak bisa ditunda.
Jam malam pelajar adalah langkah berani, dan Banjarmasin harus ikut berani.
Karena kota yang baik bukan yang sibuk menegur, tapi yang lebih dulu menjaga.
Tinggalkan Komentar