MI NOR RAHMAN NEWS – Pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2020, tepatnya di bulan Maret, tentu membawa dampak yang sangat signifikan . Setiap individu pasti merasakan dampak tersebut. Tak ada yang bisa menyangka bahwa pada akhirnya masa pandemi tidak kunjung berakhir hingga saat ini. Memang, jika ditelusuri kasus terkonfirmasi virus ini kian hari kian menurun. Namun, kita tetap saja harus mengantisipasi agar tidak terjadi peningkatan kembali. Dikarenakan, belajar dari pengalaman yang sudah bersama-sama kita lalui bahwa peningkatan kasus dapat terjadi secara tiba-tiba, tanpa memandang waktu maupun kondisi.
Menjalankan kehidupan di masa pandemi bukanlah suatu hal yang mudah. Dibutuhkan kemampuan beradaptasi agar kita tidak tertinggal di kehidupan yang serba digital ini. Terlebih lagi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah semakin pesat, maka sudah seharusnya kita memanfaatkan kemajuan yang semakin meningkat dengan cara mempelajari bentuk-bentuk perubahan yang sudah terjadi. Terkhusus di masa pandemi yang sedang dirasakan oleh setiap individu, kita sepatutnya dapat menjadi pribadi yang terus berkembang agar dampak negatif dari pandemi ini dapat terminimalisir dengan berbagai cara alternatif.
Membahas mengenai pandemi yang berdampak di berbagai sektor kehidupan. Salah satu sektor yang cukup besar merasakan dampak dari adanya pandemi ini yaitu sektor pendidikan. Sebelum masa pandemi, sektor pendidikan berjalan sebagaimana mestinya di sekolah ataupun di universitas.
Namun, sejak pandemi melanda ruang kelas yang semestinya dijadikan sebagai tempat belajar, kini tergantikan dengan ruang kelas virtual seperti Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Tentu perubahan tersebut pasti dirasakan oleh kalangan pelajar maupun mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan. Namun, perubahan-perubahan yang terjadi bukanlah sebagai penghambat dalam kita menuntut ilmu, melainkan itu adalah sebuah tantangan untuk pada akhirnya kita lebih bisa berinovasi dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Tantangan yang sangat dirasakan oleh guru seperti halnya pembuatan kurikulum secara darurat, penyederhanaan rencana pelaksanaan pembelajaran agar peserta didik dapat memahaminya secara cepat, bahan ajar atau materi yang akan disampaikan selama pembelajaran dan tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan peserta didik.
Persoalan-persoalan seperti itu yang pasti selalu terlintas di pikiran seorang guru. Terlebih lagi, sebagai pendidik pasti akan dituntut untuk menggunakan daya kreativitasnya dalam menunjang proses pembelajaran di masa pandemi seperti ini. Karena sejatinya peran guru tidak dapat tergantikan oleh teknologi, guru ataupun pendidik tetaplah harus menjalankan perannya, walau dalam situasi dan kondisi yang sedang tidak baik-baik saja.
Seorang pendidik memiliki peran penting dalam mengaktualisasi kegiatan belajar mengajar di tengah masa pandemi yang kita tak tahu sampai kapan akan berakhir. Hal tersebut menjadi tantangan besar bagi seorang guru. Guru semestinya dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang sedang dijalani. Guru harus bisa berfikir tentang bagaimana caranya agar kegiatan belajar mengajar tetap terlaksana walau hanya via daring.
Selain itu, guru juga harus dapat memilih kira-kira metode apa yang cocok atau relevan untuk digunakan selama masa pembelajaran jarak jauh berlangsung. Metode ataupun desain pembelajaran yang digunakan selama masa pandemi semestinya disesuaikan juga dengan peserta didiknya, karena tujuan utama dari proses pembelajaran tentu agar peserta didik dapat
Tidaklah mudah bagi seorang pendidik untuk tetap dapat menjalankan perannya secara maksimal saat pembelajaran jarak jauh berlangsung. Selain peran pendidik, dibutuhkan pula peran dari orang tua dalam membimbing anaknya agar tetap dapat bersemangat dalam belajar. Peran orang tua memang memiliki urgensi yang sangat diutamakan, terlebih di masa pandemi ini waktu bersama keluarga cenderung akan lebih banyak.
Seorang anak juga semestinya dapat bercerita kepada kedua orang tuanya mengenai apa saja yang telah dijalankannya selama pembelajaran berlangsung. Dengan begitu, orang tua dapat melihat bagaimana anak tersebut dapat berkembang dan beradaptasi selama pembelajaran di masa pandemi. Selain berkewajiban untuk memantau perkembangan dari sang anak, orang tua juga semestinya mampu untuk menjadi penyemangat ketika anak tersebut sedang merasa lelah. Menjadi orang tua sekaligus menjadi teman curhat adalah solusi terbaik dalam menemani setiap langkah dari perjalanan sang anak.
Selain peran dari pendidik dan juga orang tua, maka hal yang paling diutamakan dalam masa PJJ seperti ini yaitu peran aktif dari peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik yang berkeinginan tinggi dalam menggapai ilmu tentu tidak akan pesimis jika ia harus menghadapi sebuah tantangan. Melainkan tantangan tersebut ia jadikan sebagai motivasi agar tetap dapat memaksimalkan proses pembelajaran walaupun hanya melalui video conference.
Peserta didik juga tetap dapat turut aktif dalam proses belajar seperti bertanya jika ada materi pembelajaran yang belum dipahami, dan dapat pula merespons materi yang telah disampaikan oleh pendidik. Selama proses pembelajaran, alangkah lebih baiknya tidak ada pembatas antara pendidik dengan peserta didik. Keduanya sama-sama sedang melakukan proses belajar, dan tidak ada larangan untuk berpendapat selama pendapat itu tidak melenceng dari topik pembelajaran yang sedang dibahas.
Membahas mengenai peran aktif peserta didik sebagai penentu keberhasilan pembelajaran, terdapat 4 prinsip penting yang dikemukakan oleh Paulo Freire mengenai pendidikan yang dikutip berdasarkan bukunya yang berjudul Pedagogy of Freedom : Ethics, Democracy, and Civic Courage (1998). Pertama, menurut Freire tidak ada kegiatan mengajar tanpa belajar. Di dalam prinsip ini, Freire menegaskan bahwa pendidik seharusnya dapat menghargai apa yang telah diketahui oleh peserta didiknya. Dalam hal ini, peserta didik berhak untuk menyampaikan pengetahuan yang telah ia miliki tanpa adanya larangan dari pendidik.
Kedua, Freire menjelaskan dengan sangat kritis bahwa pengajaran bukan sekedar mentransfer pengetahuan. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa Freire sangat menjunjung tinggi kebebasan berpendapat selama proses pembelajaran berlangsung. Peserta didik bukanlah sebuah celengan dan pendidik bukanlah seorang penabung. Melainkan keduanya sama-sama sedang melakukan proses pembelajaran.
Ketiga, Freire menjelaskan bahwa praktik pendidikan itu berfokus pada percaya diri, kompetensi profesional, dan kedermawanan, komitmen, kebebasan, dan otorita. Percaya diri dalam hal ini ialah ketika peserta didik dengan berani mengemukakan pengetahuan yang ia miliki kepada pendidik, dan dapat berdiskusi secara langsung dengan pendidik. Keempat, penting juga dalam pandangan Freire bahwa pendidikan itu didalamnya mengajarkan proses dialog dan hubungan yang harmonis.
Dapat disimpulkan bahwa selama pembelajaran jarak jauh berlangsung dibutuhkan peran aktif antara pendidik dengan peserta didik. Pendidik semestinya dapat berinovasi agar metode pembelajaran yang digunakan tidak membosankan sehingga peserta didik akan semakin bersemangat dalam menuntut ilmu.
Tak terlupakan juga, perlunya komunikasi yang terjalin secara aktif dan komunikatif agar tujuan pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan apa yang telah ditentukan bersama-sama. Pandemi bukanlah suatu peristiwa yang menghambat sektor pendidikan untuk berevolusioner, melainkan justru pandemi ialah suatu tantangan bagi pendidik dan juga peserta didik agar tetap berimajinasi dan berkreasi dalam mewujudkan tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tinggalkan Komentar