Info Sekolah
Rabu, 12 Nov 2025
  • Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
  • Selamat Datang Di Website Resmi MI NOR RAHMAN Banjarmasin
25 Mei 2025

Jauh dari Rumah, Dekat ke Degradasi: Kenapa Barito Putera Harus Turun Kasta

Ming, 25 Mei 2025 Dibaca 295x

Sebagai pendukung setia Barito Putera, musim 2024/2025 adalah salah satu musim paling berat. Dari awal sampai akhir, kita menonton perjuangan tim yang seperti lari maraton dengan satu kaki. Hasil akhirnya? Barito harus rela turun ke Liga 2. Tapi apakah ini semata soal kalah banyak dan menang sedikit? Tentu tidak sesederhana itu. Ada banyak faktor yang menyatu membentuk cerita pahit ini—dan sebagai suporter, kita perlu paham akar masalahnya, bukan cuma teriak kecewa.

Berikut ini tiga penyebab utama kenapa Barito Putera terdegradasi, berdasarkan pengamatan langsung sebagai fans yang ngikutin tiap pertandingan, tiap skor, tiap drama.


1. Main Jauh dari “Rumah” Itu Berat, Bro!

Musim ini Barito nyaris gak pernah main di kandang asli: Stadion Demang Lehman di Martapura lagi direnovasi. Sepanjang musim, Barito harus numpang main di Bantul dan Bali. Ini bukan sekadar soal lokasi, tapi soal atmosfer, dukungan langsung dari suporter, dan perasaan nyaman main di tempat sendiri. Coba bayangin, tim lain main dengan ribuan pendukung yang teriak dari awal sampai akhir. Barito? Main di stadion “netral” yang sepi, atau kalau rame pun bukan mayoritas fans sendiri.

Dukungan dari tribun itu bukan mitos. Itu energi. Itu tekanan ke lawan. Itu motivasi tambahan buat pemain. Dan sayangnya, Barito gak punya itu musim ini. Mereka kayak anak kos yang harus belajar di kamar kontrakan orang. Susah fokus, susah maksimal.


2. Skuad Awal Musim? Jujur Aja, Kurang Gigit

Kalau kita buka data pertandingan, terlihat jelas: separuh musim pertama performa Barito loyo. Terutama di lini depan. Penyerang gak produktif, peluang banyak tapi penyelesaian akhir tumpul. Serangan banyak yang mati di tengah jalan. Bahkan dalam beberapa laga, Barito kesulitan bikin satu gol pun.

Baru setelah pertengahan musim, tim mulai menggeliat. Perekrutan baru mulai terasa efeknya. Ada semangat baru, ada gol-gol yang akhirnya datang, dan bahkan sempat menang besar lawan Madura United 4-2. Tapi sayangnya, kebangkitan itu datang terlambat. Liga 1 bukan tempat buat eksperimen panjang. Kalau start lambat, ngejarnya susah. Dan itu yang terjadi: Barito baru panas setelah bensin hampir habis.


3. Masalah di Bangku Pelatih: Strategi Gak Stabil

Sepak bola modern bukan cuma soal pemain bagus. Pelatih yang cerdas, bisa baca situasi, dan punya pendekatan yang tepat itu krusial. Musim ini, Barito terlihat kurang solid secara strategi. Kadang main agresif, kadang terlalu bertahan, sering gonta-ganti taktik, tapi gak ada identitas yang kuat.

Lebih buruk lagi, pergantian pemain sering terlambat. Keputusan taktikal kadang aneh. Misalnya, masih pasang striker yang seret gol padahal udah jelas gak efektif. Atau rotasi pemain belakang yang bikin chemistry di lini pertahanan jadi kacau.

Pelatih seharusnya jadi otak utama tim, tapi kalau otaknya gak sinkron sama isi lapangan, ya sulit. Dan itu yang kita lihat musim ini. Dalam banyak laga penting, Barito seperti kehilangan arah.


Tambahan: Disiplin Juga Jadi Masalah

Catatan kartu merah Barito juga bikin geleng kepala. Ada beberapa pertandingan penting yang diganggu oleh kartu merah, entah karena emosi, salah posisi, atau keputusan gegabah. Main dengan 10 orang di level Liga 1 itu hampir seperti undangan buat kalah. Tim mana pun pasti kesulitan.


Akhir Musim: Terlalu Banyak Seri dan Kekalahan

Dari total 34 pertandingan, Barito cuma menang 8 kali, kalah 16 kali, dan sisanya seri. Gol yang dicetak 42, tapi kebobolan 57. Selisih gol -15. Itu bukan angka tim yang bertahan di kasta tertinggi. Meski sempat fight di akhir musim, jumlah poin (34) gak cukup buat selamat. PSS di atasnya pun masih punya 34 poin, tapi unggul jumlah kemenangan.

Di sepak bola, seri itu gak cukup. Kadang lebih baik kalah 3 kali tapi menang 1, daripada seri 4 kali. Dan Barito terlalu banyak nyaris-menang yang cuma jadi 1 poin.


Penutup: Harapan Masih Ada, Tapi Harus Realistis

Barito Putera sekarang resmi turun ke Liga 2. Itu bukan akhir dunia, tapi harus jadi pelajaran. Musim depan, klub harus lebih serius dari awal. Stadion Demang Lehman harus siap, tim harus dirombak dengan kualitas di semua lini, dan pelatih yang benar-benar paham karakter tim harus dipilih. Jangan tunggu putaran kedua baru bangun. Jangan tunggu setengah musim baru sadar.

Sebagai fans, kita kecewa. Tapi juga tetap dukung. Turun bukan berarti mati. Asal evaluasi benar, Liga 2 bisa jadi momen bangkit. Yang penting, jangan ulangi kesalahan yang sama. Dan semoga musim depan, kita bisa kembali nyanyi di tribun kandang sendiri—bukan di perantauan.


#LaskarAntasariBangkitLagi
#DariLiga2UntukBalikLagi
#BaritoSelamanya

Kalau kamu setuju, mari terus dukung tim ini lewat kritik yang membangun dan semangat yang gak pernah padam.

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar