Pendahuluan: Malam Turunnya Petunjuk Hidup
Bulan Ramadhan memiliki banyak keistimewaan, salah satunya adalah peristiwa Nuzulul Qur’an, yaitu malam ketika Al-Qur’an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Umat Islam di seluruh dunia memperingati momen ini sebagai bentuk penghormatan terhadap kitab suci yang menjadi pedoman hidup. Namun, Nuzulul Qur’an tidak sekadar tentang sejarah turunnya wahyu, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami, mengamalkan, dan menjadikan Al-Qur’an sebagai cahaya dalam kehidupan.
Artikel ini akan mengajak kita semua—dari anak-anak hingga dewasa—untuk lebih mengenal keagungan Al-Qur’an, memahami proses turunnya, serta mengapa membaca dan mengamalkan isinya adalah kunci menuju keberkahan.
Secara bahasa, Al-Qur’an berasal dari kata al-qiraah yang berarti bacaan. Allah sendiri menyebut istilah ini dalam Al-Qur’an:
“Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya itu.”
(QS. Al-Qiyamah: 17-18)
Namun, lebih dari sekadar bacaan, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ, ditulis dalam mushaf, diriwayatkan secara mutawatir, dan menjadi ibadah saat dibaca. Para ulama menegaskan bahwa membaca setiap huruf Al-Qur’an bernilai pahala besar, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
“Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.”
(HR. At-Tirmidzi)
Coba bayangkan, hanya dengan membaca satu huruf, kita mendapat sepuluh kebaikan! Maka, bagaimana jika kita membaca satu ayat? Satu halaman? Atau bahkan satu juz?
Turunnya Al-Qur’an terjadi dalam dua fase:
Alasan turunnya secara bertahap adalah agar umat Islam dapat memahami dan mengamalkannya secara perlahan sesuai kondisi dan kebutuhan zaman.
Al-Qur’an bukan hanya kitab suci, tetapi juga mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad ﷺ. Berbeda dengan mukjizat para nabi sebelumnya yang bersifat fisik dan hanya dapat dilihat oleh orang-orang di zamannya, Al-Qur’an tetap ada sepanjang masa.
Bahkan, Al-Qur’an menantang siapa saja untuk membuat kitab serupa:
“Dan jika kamu (ragu-ragu) tentang Al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat yang semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
(QS. Al-Baqarah: 23)
Namun, hingga kini, tidak ada satu manusia pun yang mampu membuat sesuatu yang menyamai keindahan, kedalaman makna, serta kesempurnaan Al-Qur’an.
Bagi siapa saja yang membaca dan menghafalkan Al-Qur’an, Allah menjanjikan pahala luar biasa. Bahkan, mereka yang mengamalkan isi Al-Qur’an dijanjikan bisa memberikan syafaat kepada keluarganya. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya, kemudian menghalalkan apa yang dihalalkan oleh Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkan oleh Al-Qur’an, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga dan memberinya syafaat kepada sepuluh orang dari keluarganya yang seharusnya masuk neraka.”
(HR. At-Tirmidzi)
Betapa luar biasanya keutamaan ini! Al-Qur’an bukan hanya menyelamatkan kita, tetapi juga orang-orang yang kita cintai.
Peringatan Nuzulul Qur’an bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga momentum untuk lebih dekat dengan kitab suci ini. Berikut beberapa cara untuk menghidupkan semangat Al-Qur’an dalam kehidupan kita:
Nuzulul Qur’an adalah peristiwa besar yang membawa cahaya bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an bukan hanya bacaan biasa, melainkan pedoman yang akan menuntun kita ke jalan yang benar.
Mari manfaatkan momen Ramadhan ini untuk lebih mendekatkan diri dengan Al-Qur’an. Semoga kita semua termasuk golongan orang-orang yang menjadikan Al-Qur’an sebagai sahabat dan mendapatkan syafaat di akhirat kelak. Aamiin.
Referensi:
Sumber asli artikel: NU Online
Tinggalkan Komentar